KumpalanNEWS – Para ilmuwan dari Bulletin of the Atomic Scientists kembali mengeluarkan peringatan serius terkait ancaman global yang semakin besar.
Jam Kiamat (Doomsday Clock), simbol yang mencerminkan seberapa dekat dunia dengan bencana global, kini bergeser ke 89 detik sebelum tengah malam—lebih dekat satu detik dibandingkan tahun lalu.
Keputusan ini mencerminkan meningkatnya risiko yang dihadapi umat manusia, mulai dari ketegangan nuklir, perubahan iklim, hingga penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) dalam sektor militer.
Simbol Ancaman Global
Jam Kiamat pertama kali diperkenalkan pada 1947 oleh Bulletin of the Atomic Scientists (BAS), sebuah organisasi ilmiah yang dibentuk oleh para ilmuwan yang pernah terlibat dalam proyek pengembangan bom atom selama Perang Dunia II.
Awalnya, jam ini hanya mencerminkan ancaman nuklir, tetapi kini juga memperhitungkan faktor lain seperti krisis iklim dan perkembangan teknologi yang berpotensi membahayakan umat manusia.
Meskipun tidak secara langsung mengukur ancaman nyata, Jam Kiamat berfungsi sebagai alat peringatan untuk mendorong diskusi global mengenai risiko besar yang mengancam keberlangsungan peradaban.
Faktor yang Memicu Pergeseran Jam Kiamat
Para ilmuwan menyebut beberapa faktor utama yang mendorong penggeseran Jam Kiamat tahun ini:
1. Ancaman Nuklir
Invasi Rusia ke Ukraina sejak 2022 terus menimbulkan kekhawatiran terkait potensi penggunaan senjata nuklir.
Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan telah menurunkan ambang batas penggunaan nuklir dalam doktrin militernya.
Selain itu, ketidakjelasan masa depan perjanjian kontrol senjata nuklir antara Rusia dan AS semakin memperburuk situasi.
2. Ketegangan Global
Konflik di Timur Tengah, khususnya perang Israel-Hamas dan ketegangan antara Iran dan negara-negara lain, terus meningkat.
Di Asia, tekanan militer China terhadap Taiwan serta uji coba rudal balistik Korea Utara semakin memperburuk ketidakstabilan global.
3. Krisis Iklim
Data menunjukkan bahwa 2024 adalah tahun terpanas dalam sejarah, menandakan dampak perubahan iklim yang semakin nyata. Meskipun ada upaya transisi ke energi bersih, langkah-langkah yang diambil masih belum cukup untuk mencegah dampak buruk jangka panjang.
4. Penyalahgunaan AI dalam Militer
Kemajuan dalam teknologi AI, terutama dalam sektor pertahanan, berpotensi meningkatkan risiko konflik berskala besar. Penggunaan AI dalam sistem senjata otomatis dapat mempercepat eskalasi perang tanpa intervensi manusia.
Peringatan bagi Pemimpin Dunia
Daniel Holz, Ketua Dewan Sains dan Keamanan Bulletin of the Atomic Scientists, menegaskan bahwa kondisi dunia saat ini semakin mengkhawatirkan.
“Mengatur Jam Kiamat pada 89 detik sebelum tengah malam adalah peringatan bagi seluruh pemimpin dunia,” kata Holz dalam pernyataannya yang dikutip dari Reuters pada Rabu, 29 Januari 2025.
Para ilmuwan mendesak agar langkah konkret segera diambil untuk menekan risiko global. Jika tidak, umat manusia akan semakin mendekati titik kehancuran yang tidak bisa dibalikkan.***