Fenomena Hujan Saat Imlek: Simbol Keberuntungan atau Sekadar Musim Hujan?

- Admin

Rabu, 29 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hujan saat Imlek: Fenomena alam yang membawa makna keberuntungan dalam budaya Tionghoa. | freepik

i

Hujan saat Imlek: Fenomena alam yang membawa makna keberuntungan dalam budaya Tionghoa. | freepik

KumpalanNEWS – Perayaan Tahun Baru Imlek sering kali diiringi dengan turunnya hujan, yang telah menjadi ciri khas di berbagai daerah di Indonesia.

Secara ilmiah, hal ini berkaitan dengan musim hujan yang sedang berlangsung. Namun, dalam budaya Tionghoa, fenomena ini memiliki makna simbolis yang mendalam.

Imlek 2576 dan Prediksi Cuaca

Tahun Baru Imlek Kongzili 2576 jatuh pada Rabu, 29 Januari 2025. Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan mengalami hujan ringan saat perayaan berlangsung.

BMKG menjelaskan bahwa hujan yang sering terjadi saat Imlek erat kaitannya dengan musim hujan di Indonesia. Perayaan ini selalu jatuh antara akhir Januari hingga awal Februari, yang bertepatan dengan puncak musim hujan di banyak daerah.

Selain itu, angin Monsun Asia yang membawa udara lembap dari Samudera Hindia turut berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan. Pola angin barat yang aktif pada periode ini menyebabkan banyak uap air terbawa ke daratan, sehingga menciptakan kondisi yang ideal untuk hujan.

Makna Hujan dalam Budaya Tionghoa

Dalam kepercayaan Tionghoa dan umat Konghucu, turunnya hujan saat Tahun Baru Imlek bukan sekadar fenomena alam, melainkan juga dipercaya sebagai simbol keberuntungan dan berkah.

Mitologi Tiongkok menganggap naga sebagai makhluk Ilahi yang berhubungan erat dengan air dan hujan. Naga dipercaya memiliki kekuatan untuk mengendalikan hujan dan sering dipanggil dalam ritual untuk mendatangkan air, terutama saat musim kemarau.

Hujan saat Imlek juga dianggap sebagai bentuk berkah dari kekuatan surgawi bagi bumi. Dalam tradisi Tionghoa, hujan melambangkan penyucian, mencuci segala hal buruk dari masa lalu dan membawa kesegaran untuk memulai lembaran baru.

Selain itu, air dalam budaya Tionghoa diasosiasikan dengan kehidupan, kesuburan, dan kelimpahan. Oleh karena itu, hujan saat Imlek diyakini sebagai pertanda datangnya rezeki dan kesejahteraan.

Perspektif Ilmiah tentang Hujan Saat Imlek

Meski secara budaya dianggap sebagai simbol keberuntungan, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, menegaskan bahwa tidak ada hubungan ilmiah antara hujan dan perayaan Tahun Baru Imlek.

“Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia berada dalam puncak musim hujan, yang biasanya ditandai dengan curah hujan yang cukup tinggi,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa hujan di periode Januari-Februari disebabkan oleh angin Monsun Asia yang membawa udara lembap dari Benua Asia dan Samudera Pasifik ke Indonesia melalui angin baratan.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menjelaskan bahwa sistem penanggalan Imlek menggunakan kalender lunar-solar, yaitu kombinasi antara kalender Matahari dan Bulan. Hal ini menyebabkan perayaan Imlek selalu berlangsung di bulan Januari-Februari, yang bertepatan dengan musim hujan di Indonesia.

Hujan Saat Imlek: Kearifan Lokal di Indonesia

Menariknya, hujan saat Tahun Baru Imlek kemungkinan besar hanya terjadi di Indonesia. Di negara lain seperti China dan sebagian besar wilayah Eropa, perayaan Imlek berlangsung saat musim dingin, di mana yang turun bukan hujan, melainkan salju.

Oleh sebab itu, keyakinan bahwa hujan saat Imlek adalah pertanda keberkahan bisa dikatakan sebagai bentuk kearifan lokal yang berkembang di Indonesia.

Bagi masyarakat Tionghoa di Tanah Air, hujan bukanlah rintangan dalam perayaan Imlek, melainkan sesuatu yang membawa makna positif. Semakin deras hujan yang turun, semakin besar keberuntungan yang diyakini akan datang.

Fenomena ini dianggap sebagai tanda awal yang baik untuk memulai tahun yang baru, dengan harapan mendatangkan rezeki, kesuksesan, dan kebahagiaan bagi mereka yang merayakannya.***

Follow WhatsApp Channel kumpalan.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pemkab dan DPRD Sukabumi Ikuti Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo
Dibela Pelaku Wisata, Dedi Mulyadi Kukuh Larang Study Tour demi Orang Tua Siswa
Protes Anies atas Vonis Tom Lembong: Fakta di Sidang Diabaikan, Hukum Dipertanyakan
Imbas Inpres DTSEN, Kemensos Alihkan Bansos ke Warga yang Lebih Layak
Pemkab Sukabumi dan Bea Cukai Kolaborasi Tindak Rokok Ilegal, Dorong Penerimaan Pajak Daerah
Geopark Ciletuh Mendunia: Evaluator Tiongkok dan Slovenia Apresiasi Kinerja Sukabumi
Menteri P2MI Jelaskan Dua Tugas Utama: Lindungi TKI dan Buka Peluang Kerja Global
Jokowi Klarifikasi Soal Kondisi Wajah: Bukan Sakit Serius, Hanya Alergi Cuaca

Berita Terkait

Jumat, 15 Agustus 2025 - 17:05 WIB

Pemkab dan DPRD Sukabumi Ikuti Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo

Selasa, 22 Juli 2025 - 17:26 WIB

Dibela Pelaku Wisata, Dedi Mulyadi Kukuh Larang Study Tour demi Orang Tua Siswa

Sabtu, 19 Juli 2025 - 17:47 WIB

Protes Anies atas Vonis Tom Lembong: Fakta di Sidang Diabaikan, Hukum Dipertanyakan

Kamis, 17 Juli 2025 - 19:32 WIB

Imbas Inpres DTSEN, Kemensos Alihkan Bansos ke Warga yang Lebih Layak

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:56 WIB

Pemkab Sukabumi dan Bea Cukai Kolaborasi Tindak Rokok Ilegal, Dorong Penerimaan Pajak Daerah

Berita Terbaru

Pemerintahan

Pemkab Sukabumi Gelar Taptu dan Pawai Obor Sambut HUT ke-80 RI

Sabtu, 16 Agu 2025 - 23:31 WIB

DPRD dan Pemkab Sukabumi sepakati perubahan APBD 2025 demi percepatan pembangunan.

Pemerintahan

DPRD dan Pemkab Sukabumi Ketok Palu Perubahan APBD 2025

Kamis, 14 Agu 2025 - 17:29 WIB

error: Content is protected !!