KumpalanNEWS – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana menutup United States Agency for International Development (USAID). Keputusan ini menuai perhatian karena USAID selama ini menjadi sumber utama bantuan luar negeri, termasuk bagi Indonesia.
Setelah dilantik, Trump langsung menginstruksikan penghentian sementara seluruh bantuan luar negeri AS. Ia menilai bahwa program-program USAID tidak memberikan manfaat langsung bagi warga Amerika, melainkan hanya membebani anggaran negara.
Berdasarkan data ForeignAssistance.gov, USAID telah menyalurkan USD 153,5 juta (Rp2,4 triliun) ke Indonesia pada tahun 2024, mencakup sektor pendidikan, kesehatan, riset, serta program antikorupsi.
Dampak bagi Indonesia: Pakar Beri Peringatan
Menurut Satria Unggul Wicaksana Prakasa, pakar hukum dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), penutupan USAID dapat berdampak negatif terhadap berbagai program di Indonesia.
“USAID punya rekam jejak panjang dalam mendukung kesehatan, pendidikan, hingga penegakan hukum. Tanpa bantuan ini, strategi penanganan berbagai masalah sosial bisa terganggu,” jelasnya, dikutip pada Minggu, 16 Februari 2025.
Satria menekankan bahwa pemerintah Indonesia perlu segera mencari alternatif pendanaan lain untuk menggantikan bantuan yang hilang.
“Kami harus memastikan proyek-proyek penting tetap berjalan, terutama yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan,” tambahnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa tidak semua bantuan luar negeri selalu membawa dampak positif. Ia mencontohkan bagaimana dana bantuan dari pemerintah Norwegia dalam isu deforestasi sempat menimbulkan kontroversi di Indonesia.
Kanada Siap Ambil Peran?
Di tengah ketidakpastian ini, Kanada menyatakan kesiapan untuk menjadi mitra pembangunan terbesar bagi Indonesia dan ASEAN.
Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Ahmed Hussen, mengatakan bahwa negaranya akan terus memantau kebijakan Trump terkait penutupan USAID.
“Kami selalu terbuka untuk berbicara dengan mitra global guna meningkatkan efektivitas bantuan pembangunan internasional kami,” ujar Hussen.
Namun, ia juga mengakui bahwa besarnya anggaran USAID, yang mencapai lebih dari USD 40 miliar, bukanlah sesuatu yang bisa diimbangi dengan mudah oleh Kanada.
Trump dan Efisiensi Anggaran
Keputusan Trump menutup USAID merupakan bagian dari kebijakan efisiensi anggaran yang lebih besar. Presiden dari Partai Republik ini menganggap bahwa lembaga tersebut hanya membuang-buang uang tanpa hasil konkret bagi kepentingan nasional AS.
Selain itu, Trump dikenal sering mengkritik USAID dan bahkan pernah menyebut pegawai lembaga ini sebagai kelompok “radikal.”
Meski kebijakan ini masih dalam tahap evaluasi, banyak negara mitra, termasuk Indonesia, mulai bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk jika USAID benar-benar ditutup.***