KumpalanNEWS – Publik di media sosial tengah dihebohkan dengan perdebatan antara Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, dan seorang remaja berinisial AC, mengenai kebijakan penghapusan acara wisuda di sekolah-sekolah Jabar.
Belakangan, muncul dugaan bahwa perdebatan tersebut hanyalah rekayasa.
Menanggapi isu tersebut, Dedi menegaskan bahwa argumentasi yang disampaikan AC menunjukkan sudut pandang yang tidak mempertimbangkan kondisi ekonomi semua keluarga.
Ia menyebutkan bahwa biaya wisuda mungkin terasa ringan bagi sebagian pihak, namun tidak bagi yang lain.
“Pendapatnya bukan hanya dirinya sendiri. Orang tuanya boleh wisuda, orang tuanya boleh perpisahan,” ujar Dedi kepada awak media di Pusdai, Bandung, pada Senin (28/4/2025).
Dedi mengutip pernyataan AC yang menyebutkan “cuman Rp1 juta doang”, dan mengingatkan bahwa angka tersebut bisa menjadi beban berat bagi banyak keluarga di tengah kondisi ekonomi saat ini.
Saat ditanya lebih lanjut soal dugaan rekayasa perdebatan, Dedi mengaku tidak mengetahui adanya settingan tersebut, dan tetap menganggap AC sebagai sosok yang berargumen dengan tulus.
“Saya tidak tahu, saya menganggap anak itu ikhlas,” tegasnya.
Sebelumnya, Dedi bertemu dengan AC di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Jabar, pada 26 April 2025.
Dalam kesempatan itu, Dedi mengingatkan agar kritik yang disampaikan lebih objektif, mengingat tujuan penghapusan wisuda adalah meringankan beban ekonomi masyarakat.
“Kenapa kritik di-bully? Karena orang lagi susah cari duit. Gak mampu bayar wisuda, perpisahan, ini malah teriak-teriak pengen wisuda,” ungkap Dedi melalui unggahan Instagram @dedimulyadi71 pada Minggu (27/4/2025).
Dalam perdebatan tersebut, Dedi menegaskan bahwa kenangan sekolah tidak hanya tercipta melalui acara perpisahan, melainkan selama proses belajar bersama.
Namun, AC menanggapi bahwa momen perpisahan tetap menjadi bagian penting dalam mempererat hubungan antar teman.***