KumpalanNEWS – Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diluncurkan sebagai upaya pemerintah meningkatkan kualitas gizi siswa sekolah, kini menuai sorotan tajam. Sejak Oktober 2024, tercatat sedikitnya delapan kasus dugaan keracunan makanan MBG terjadi di berbagai daerah, mulai dari Jawa hingga Kalimantan dan Nusa Tenggara.
Gelombang pertama terjadi di SDN Banaran, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, pada 2 Oktober 2024. Sebanyak tujuh siswa mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari paket MBG yang diduga sudah tak layak konsumsi.
Kasus kedua muncul di SDN Dukuh 3, Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 16 Januari 2025. Para siswa dari kelas 1 hingga 6 mengeluhkan mual dan muntah usai menyantap ayam yang diduga kurang matang.
Insiden serupa dilaporkan terjadi pada 13 Januari 2025 di SDN 03 dan SMAN 2 Nunukan Selatan, Kalimantan Utara, di mana siswa dan guru mengalami gejala mual dan diare setelah menyantap ayam kecap dari program MBG.
Di Pandeglang, Banten, 28 siswa SDN 2 Alaswangi pada 19 Februari 2025 juga mengeluhkan pusing dan gangguan pencernaan usai mengonsumsi makanan MBG, meski pihak sekolah tidak secara tegas menyebutnya sebagai keracunan.
Kejadian lain menimpa 29 siswa di SDK Andaluri, Waingapu, NTT, pada 18 Februari 2025. Meski mengalami gejala seperti mual dan muntah, pihak dapur MBG menyebutnya sebagai reaksi alergi, bukan keracunan.
Batang, Jawa Tengah melaporkan sekitar 60 siswa SDN Proyonanggan 5 jatuh sakit pada 14 April 2025. Makanan yang mengandung mi diduga menjadi pemicu, namun hasil pemeriksaan masih ditunggu.
Insiden besar terjadi di Cianjur, Jawa Barat, pada 21 April 2025. Sebanyak 83 siswa dari MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI Cianjur mengalami mual dan muntah usai makan MBG.
Terbaru, pada 23 April 2025, kasus kembali mencuat di SDN 33 dan SD 08 Kasipute, Bombana, Sulawesi Tenggara. Puluhan siswa muntah-muntah dan harus menjalani pemeriksaan medis usai mengonsumsi makanan MBG.
Merespons kejadian beruntun ini, Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan tengah melakukan investigasi menyeluruh untuk memastikan penyebab pasti di balik rangkaian kasus tersebut.
Investigasi ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dan solusi guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.***