KumpalanNEWS – Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengungkapkan bahwa ribuan remaja putri di wilayahnya mengalami anemia.
Pola makan yang tidak sehat, termasuk kebiasaan mengonsumsi seblak, disebut menjadi salah satu penyebab utama.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Karawang, dr. Nurmala Hasanah, menjelaskan bahwa remaja lebih sering memilih jajanan seperti mie bakso dan seblak dibandingkan makanan bergizi.
“Kebiasaan ini, ditambah menstruasi yang terlalu banyak, menyebabkan kekurangan asupan nutrisi dan serat,” ujarnya pada Rabu (15/1/2025).
Hasil Skrining: Ribuan Remaja Putri Alami Anemia
Sepanjang tahun 2024, Dinkes Karawang melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap 33.106 remaja putri.
Hasilnya, sebanyak 8.861 remaja teridentifikasi mengalami anemia, dengan rincian 346 kasus anemia berat, 3.268 anemia sedang, dan 5.247 anemia ringan.
Seblak, Kudapan Lezat yang Berisiko
Seblak, makanan khas Sunda yang kini populer di seluruh Indonesia, menjadi salah satu pemicu anemia.
Kandungan zat besi dalam seblak tergolong rendah, sementara konsumsi garam yang tinggi dalam makanan ini dapat mengganggu penyerapan zat besi.
“Seblak memang lezat, tapi asupan zat besinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh,” jelas dr. Nurmala.
Penanganan Anemia oleh Dinkes Karawang
Sebagai langkah penanganan, Dinkes Karawang menjalankan program Gerakan Remaja Sehat, Keren, dan Cerdas (Gres Kece).
Program ini mencakup pemberian tablet penambah darah di sekolah-sekolah, dengan dosis 1 tablet per minggu untuk remaja sehat, 1 tablet per hari untuk anemia ringan, dan 2 tablet per hari untuk anemia sedang.
“Untuk anemia berat, kami langsung merujuk pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif,” kata dr. Nurmala. Ia juga menekankan pentingnya edukasi tentang gizi seimbang untuk mencegah anemia di kalangan remaja putri.
Pencegahan dan Pengobatan Anemia
Selain suplemen zat besi, anemia juga dapat diatasi melalui transfusi darah, pemberian obat kortikosteroid, atau pengobatan untuk membantu sumsum tulang memproduksi lebih banyak sel darah merah. Deteksi dini melalui pemeriksaan kesehatan sangat penting untuk mencegah dampak lebih lanjut.***